Kamis, 09 Mei 2013


PENGERTIAN SUPPOSITORIA


suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rectal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat local atau sistematik. Bahan dasar suppositoria yang umum digunakan adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilen glikol berbagai bobot molekul dan ester asam lemak polietilen glikol (Anonim, 1995).
Bahan dasar yang digunakan harus dapat larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh. Bahan dasar yang sering digunakan adalah lemak coklat (Oleum cacao), polietilenglikol atau lemak tengkawang (Oleum Shoreae) atau Gelatin. Bobot suppositoria kalau tidak dinyatakan lain adalah 3 g untuk orang dewasa dan 2 g untuk anak. Suppositoria supaya disipan dalam wadah tertutup baik dan di tempat yang sejuk. Keuntungan bentuk torpedo adalah bila bagian yang besar masuk melalui otot penutup dubur, maka suppositoria akan tertarik masuk dengan sendiri.
Keuntungan penggunaan suppositoria dibanding penggunaan obat per oral atau melalui saloran pencernaan adalah :
1. Dapat menghindari terjadinya iritasi obat pada lambung.
2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan
3. Obat dapat masuk langsung dalam saluradarah dan berakibat obat dapat memberi efek lebih cepat daripada penggunaan obat per oral
4. Baik, bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar (Anief, 2004)
Tujuan penggunaan suppositoria yaitu :
1. Untuk tujuan lokal, seperti pada pengobatan wasir atau hemoroid dan penyakit infeksi lainnya. Suppositoria juga dapat digunakan untuk tujuan sistemik karena dapat diserap oleh membrane mukosa dalam rectum. Hal ini dilakukan terutama bila penggunaan obat per oral tidak memungkinkan seperti pada pasien yang mudah muntah atau pingsan.
2. Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat. Kerja awal akan lebih cepat karena obat diserap oleh mukosa rektal dan langsung masuk ke dalam sirkulasi pembuluh darah.
3. Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim di dalam saluran gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam hati (Syamsuni, 2005).
Pembuatan suppositoria secara umum dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Bahan dasar yang digunakan supaya meleleh pada suhu tubuh atau larut dalam cairan yang ada dalam rectum. Obatnya supaya larut dalam bahan dasar apabila perlu, dipanaskan. Bila obatnya sukar larut dalam bahan dasar maka harus diserbuk halus. Setelah campuran obat dan bahan dasar meleleh atau mencair, dituangkan dalam cetakan suppositoria dan didinginkan. Cetakan tersebut dibuat dari besi dan dilapisi nikel atau logam lain, ada juga dubuat dari plastik. Cetakan ini mudah dibuka secara longitudinal untuk mengeluarkan suppositoria. Untuk mencetak basila dapat digunakan tube gelas atau gulungan kertas (Anief, 2004).
Isi berat dari suppositoria dapat ditentukan dengan membuat percobaan sebagai berikut:
1. Menimbang obat untuk sebuah suppositoria
2. Mencampur obat tersebut dengan sedikit bahan dasar yang telah dilelehkan
3. Memasukakn campuran tersebut ke dalam cetakan
4. Menambah bahan dasar yang telah dilelehkan sampai penuh
5. Mendinginkan cetakan yang berisi campuran tersebut. Setelah dingin suppositoria dikeluarkan dari cetakan dan ditimbang
6. Berat suppositoria dikurangi berat obatnya merupakan berat bahan dasar yang harus ditimbang
7. Berat jenis obat dapat dihitung dan dibuat seragam (Anief, 2004).
Untuk menghindari massa yang hilang maka selalu dibuat berlebih dan untuk menghindarimassa yang melekat pada cetakan maka cetakan sebelumnya dibasahi dengan parafin, minyak lemak, spritus Saponatus (Soft soap liniment). Yang terakhir jangan digunakan untuk suppositoria yang mengandung garam logam, karena akan bereaksi dengan sabunnya dan sebagai pengganti dapat digunakan larutan Oleum Ricini dalam etanol. Untuk suppositoria dengan bahan dasar PEG dan Tween tidak perlu bahan pelican karena pada pendinginan mudah lepas dari cetakan karena mengkerut (Anief, 2004).
Faktor yang mempegaruhi absorpsi obat per rektal yaitu :
1. Faktor fisiologis, antara lain pelepasan obat dari basis atau bahan dasar, difusi obat melalui mukosa, deteoksifikasi atau metabolisme, distribusi di cairan jaringan, dan terjadinya ikatan protein di dalam darah atau cairan jaringan.
2. Faktor fisika kimia obat dan basis antara lain kelarutan obat, kadar obat dalam basis, ukuran partikel, dan basis suppositoria (Syamsuni, 2005).
Basis berlemak merupakan basis yang paling banyak dipakai, karena pada dasarnya oleum cacao termasuk kelompok ini, utama dan kelompok ketiga merupakan golongan basis-basis lainnya. Diantara bahan-bahan berminyak atau berlemak lainnya yang biasa digunakan sebagai basis suppositoria : macam-macam asam lemak yang dihidrogenasasi dari minyak nabati seperti minyak palem dan minyak biji kapas. Juga kumpulan basis berlemak yang mengandung gabungan gliserin dengan asam lemak dengan berat molekul tinggi, seperti asam palmitat dan asam stearat, mungkin ditemukan dalam basis suppositoria berlemak.
Jadi, Anda sudah tahu seharusnya “diapakan” jika mendapat resep suppositoria? Ingat, mintalah petunjuk -cara penggunaan dan penyimpanan serta langkah pertama yang dilakukan jika terjadi efek samping- di mana Anda menebus resep. Bertanya adalah HAK Pasien dan Apoteker WAJIB member Informasi. Demi Mengembalikan Jati Diri BangsaIndonesia. Mulailah saat ini juga ;)





Emulsi merupakan suatu campuran yang tidak stabil dari dua cairan yang pada dasarnya tidak saling bercampur, pada umumnya untuk membuat kedua cairan tersebut dapat bercampur diperlukan zat pengemulsi (emulsifying agent) sehingga sediaan emulsi dapat stabil (Ansel,1989; Martin, 1993). Beberapa zat pengemulsi diantaranya gom arab, tragakan, gelatin, pektin, lecithin, stearil alkohol, bentonit, dan zat pembasah atau surfaktan. Berdasarkan strukturnya zat pengemulsi bersifat amfifilik karena memiliki molekul-molekul yang terdiri dari bagian hidrofobik (oleofilik) dan hidrofilik (oleofobik) (Swarbrick, 1995).
Lecithin adalah phospolipid yang merupakan komponen essensial dari membran sel dan pada prinsipnya terdapat pada berbagai varietas makhluk hidup. Pada kenyataannya, lecithin banyak ditemukan dalam tanaman-tanaman seperti kedelai, kacang tanah, biji kapas, bunga matahari, dan jagung. Lecithin banyak digunakan dalam pendahuluan. Emulsi merupakan suatu campuran yang tidak stabil dari dua cairan yang pada dasarnya tidak saling bercampur, pada umumnya untuk membuat kedua cairan tersebut dapat bercampur diperlukan zat pengemulsi (emulsifying agent) sehingga sediaan emulsi dapat stabil (Ansel,1989; Martin, 1993). Beberapa zat pengemulsi diantaranya gom arab, tragakan, gelatin, pektin, lecithin, stearil alkohol, bentonit, dan zat pembasah atau surfaktan. Berdasarkan strukturnya zat pengemulsi bersifat amfifilik karena memiliki molekul-molekul yang terdiri dari bagian hidrofobik (oleofilik) dan hidrofilik (oleofobik) (Swarbrick, 1995).
Lecithin adalah phospolipid yang merupakan komponen essensial dari membran sel dan pada prinsipnya terdapat pada berbagai varietas makhluk hidup. Pada kenyataannya, lecithin banyak ditemukan dalam tanaman-tanaman seperti kedelai, kacang tanah, biji kapas, bunga matahari, dan jagung. Lecithin banyak digunakan dalam industri farmasi sebagai zat pendispersi, pengemulsi dan penstabil (stabilizing agent) (Wade, 1994).
Komposisi lecithin tergantung dari sumbernya.Lecithin dari telur mengandung 69% phosphatidylcoline dan 24% phosphatidylethanolamine, lecithin dari kacang kedelai mengandung 21% phosphatidylcoline, 22% phosphatidylethanolamine dan 19% phosphatidylinositol (Wade, 1994). Hingga saat ini efektivitas lecithin sebagai emulgator di dalam sediaan emulsi minyak ikan belum dilakukan pengujiaannya. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk menguji efektivitas lecithin dan mengetahui konsentrasi yang tepat untuk digunakan sebagai emulgator dalam sediaan emulsi minyak ikan.

SUPPOSITORIA
Sedian padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melaluirektalvagina atau uretra, umumnya meleleh , melunak atau melarut pada suhu tubuh.
Untuk vagina disebut pessarium, untuk disaluran urine disebut bougie.
Bahan dasar yang digunakan harus dapat larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh. Bahan dasar yang sering digunakan adalah lemak coklat (Oleum Cacao),Polietlenglikol, atau lemak tengkawang (Oleum Shoreae) atau gelatin. Bobot suppositoria kalau tidak dinyatakan lain adalah 3 g untuk orang dewasa dan 2 g untuk anak. Supositoria supaya disimpan dalam wadah tertutup baik dan ditempat yang sejuk. Keuntungan bentuk torpedo adalah bila bagian yang besar masuk melalui otot penutup dubur, maka suppositoria akan tertarik masuk dengan sendiri. Keuntungan penggunaan suppositoria disbanding penggunaan obat per os adalah;
  • Dapat menghindari terjadinya iritasi obat pada lambung.
  • Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan.
  • Obat dapat masuk langsung dalam saluran darahdan berakibat obat dapat memberi efek lebih cepat daripada penggunaan obat peroral.
  • Baik, bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar

Tujuan penggunaan:
  • lokal: untuk memudahkan defekasi (gliserin suppositoria, bisakodil suppo), mengobati gatal, iritasi, dan inflamasi karena hemoroid(antibakteri basilla bentuk uretral), antihaemoroid, mengandung anestesi lokal, vasokontriktor adstringen, analgesik, emolien.
  • Sistemik: Aminofilin dan Teofilin untuk obat asma, Chlorpromazin untuk antimuntah, chloral hydrat untuk sedatif dan hipnotif, aspirin untuk anagetik antipiretik.

Keuntungan:
  • Menghindari pengrusaan oleh enzim atau pH lambung atau usus
  • Menghindari perangsang lambung oleh obat
  • Menghindari pengrusakan dalam sirkulasi portal
  • Digunakan pada pasien yang tidak dapat menelan
  • Cara yang efektif untuk yang suka muntah

Kelemahan:
  • Tidak nyaman digunakan
  • Absorbsi obat sering kali tak teratur atau sulit diramalkan


Pembuatan suppositoria
Pembuatan suppositoria secara umum dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Bahan dasar yang digunakan supaya meleleh pada suhu tubuh atau larut dalam cairan yang ada dalam rectum. Obatnya supaya larut dalam bahan dasar apabila perlu dipnaskan. Bila obatny sukar larut dalam bahan dasar maka harus diserbuk halus. Setelah campuran obat dan bahan dasar meleleh dan mencair, dituangkan dalam cetakan suppositoria dan didinginkan. Cetakan tersebut dibuat dari besi dan dilapisi nikel atau dari logam lain, ada juga yang dibuat dari plastik. Cetakan ini mudah dibuka secara longitudional untuk mengeluarkan supositoria. Untuk mencetak basila dapat digunakan tube gelas atau gulungan kertas.

Isi berat suppositoria dapat ditentukan dengan percobaan seperti berikut:
  1. menimbang obat untuk sebuah suppositoria
  2. mencampur obat tersebut dengan sedikit bahan dasar yang telah dilelehkan.
  3. memasukkan campuran tersebut dalam cetakan.
  4. menambah bahan dasar yang telah dilelehkan sampai jenuh.
  5. mendinginkan cetakan yang bersi campuran tersebut, setelah dingin suppositoria dikeluarkan dari cetakan dan ditimbang.
  6. berat suppositoria dikurangi berat obatnya marupakan berat bahan dasr yang harus ditambahkan.
  7. berat jenis obat dapat dihitung dan dibuat seragam.

Untuk menghindari masa yang hilang maka selalu dibuat berlebih dan untuk menghindari masa yang melekat pada cetakan maka cetaan sebelumnya dibasahi dengan parafin, minyak lemak, spritus saponatus (soft soap liniment). Yang terakhir jangn digunakan untuk suppositoria yang mengandunggaram logam, karena akan beraksi dengan sabunnya dan sebagai pengganti dapat digunakan larutanoleum ricini dalam etanol.
Untuk suppositoria dengan bahan dasar PEG dan tween tidak perlu bahan pelicin karena pada pendinginan mudah lepas dari cetakan karena mengkerut.

Suppositoria dengan bahan dasar lemak coklat
Lemak coklat merupalkan trigliserida, berwarna kekuningan, bau yang khas. Jika dipanasi sekitar 30º mulai mencair dan biasanya meleleh sekitar 34º- 35º C, tetapi pada suhu dibawah 30º merupakan masa semi padat, mengandung banyak kristal dari trigleserida padat dan merupakan bagian nyata dari cairan. Dan yang cair diikat dengan tenaga tegangan muka. Sering dilupakan dalam melelehkan lemak coklat terdapat kondisi pemanasan, karena akan memperoleh hasil yang kurang menyenangkandengan adanya modifikasi sifat fisika yang karakteristik dari asam coklat. Jika pemanasannya tinggi, lemak coklat akan mencair sempurna seperti minyak dan kehilangan semua inti krital yang stabil yang berguna untuk memadat. Bila didinginkan dibawah 15ºakan mengkristal dalam bentuk kristal metastabil
Untuk meninggikan titik lebur lemak coklat digunakan tambahan cera atau cetaceum. Penambahan cera flava dapar menaikkan daya serap lemak coklat terhadap air.
Pada pengisiaan masa supositoria ke dalam cetakan, kemak coklat cepat membeku dan pada pendinginan terjadi susut volume hingga terjadi lubang di atas masa, maka pada pengisian cetakan harus diisi lebih, baru setelah dingin kelebihannya dipotong.

Penanganan secara khusus
  1. balsam digerus dulu dengan sebagian lemak coklat sampai menjadi pasta dan selanjutnya sisa zat sigerus dan dicampurkan.
  2. ekstrak kering, opium concentratumdan pantopon digerus dulu dalam mortir yang dialasi sulu dengan saccharus lactis agar tidak lengket pada mortir. Setelah itu campuran serbuk yang halus digerus dengan sedikit lemak coklat.
  3. ichtammolum dalam supositoria dikerjakan seperti pada balsamum sebagian lemak coklat diganti dengan cera flava 5% agar supositoria tidak meenjadi lembek.

Suppositoria dengan bahan dasar PEG
PEG adalah polyaethylenglikolum merupakan polimerisasi etilenglikol dengan berat molekul antara 300 sampai 6000
PEG dibawah 1000 adalah cair sedangkan diatas 1000 adalah padat lunak seperti malam. Kentungan dari bahan dasar mudah larut dalam cairan alam rektum, dan tidak ada modifikasi titik lebur yang bererti tidak mudah meleleh pada penyimpanan suhu kamar.
Pembuatan supositoria dengan PEG dilakukan dengan melelehkan bahan dasar lalu dituangkan dalam cetakan seperti pada pembuatan supositoria dengan bahan dasar lemak coklat.
Percobaan hassler dan sperandio dengan bermacam macam garam barbital yang larut dalam air menunjukkan dengan bahab dasar lemak coklat, aksi kerja awal lebih cepat, sedangkan dwngan bahan dasar PEG menunjukan aksi lama kerja lebih lama. Ini disebabkan bahwa coklat adalah cepat meleleh dan obat akan terlepas dan dapat diabsorbsi sedangkan dengan PEG basis harus larut baru obatnya dapat diabsorpsi.

Supositoria dengan bahan dasar gelatin
Dalam farmakope belanda terdapat formula suppositra dengan bahan dasar gelatin, yaitu:panasi 2 bagian gelatin dengan 4 bagian air dari 5 bagian gliserin sampai diperoleh masa yang homogen. Tambahkan air panas sampai diperoleh 11 bagian. Biarkan masa cukup dingindan tuangkan dalam cetakan, hingga diperolehsupositoria dengan berat 4 g
Obat yang ditambahkan dilarutkan atau digerus dengan sedikit air atau gliserin yang disisakan dan dicampurkan pada masa yang sudah dingin. Bila obatnya sedikt dikurangkan pada berat air dan bila obatnya banyakdikurangkan berat masa bahan dasar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar